Kacer dikenal sebagai burung fighter. Perlu penanganan dan perawatan khusus, misalnya jangan sampai melihat sesama kacer maupun burung tipe petarung lainnya. Jika memiliki 1-2 ekor kacer mungkin tidak masalah, tetapi bagaimana kalau ada belasan ekor kacer di rumah?
Masalah ini memang kerap dikeluhkan sebagian kacermania, terutama yang sering main ke lapangan / arena lomba. Sebab jika mau disiapkan menuju lomba, burung harus selalu onfire.
Tetapi hal ini tidak menjadi masalah berarti bagi Om Aseng, kicaumania yang mukim di kawasan Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, dan sudah 10 tahun lebih main di kelas kacer.
Di kediamannya terdapat 18 ekor kacer berprestasi. Beberapa di antaranya sudah sering moncer di lapangan, antara lain Topeng Hitam, Halusinasi, Starlet, Topeng Sakti, Topeng Mas, dan Binter. Dua nama yang disebut terakhir kini sudah jatuh ke tangan orang lain.
Semua kacer jawara itu merupakan hasil orbitannya sendiri. “Saya sering membeli kacer prospek, bukan secara instan membeli kacer jawara. Biasanya ngambil di Lampung, milik rekan saya bernama Ahaw,” jelasnya.
Om Aseng membenarkan, burung-burung bertipe fighter sebaiknya memang tidak boleh saling melihat, termasuk kesehariannya di rumah. Kalau sudah terbiasa melihat, biasanya mereka tidak saling bunyi.
“Kecuali jika ada burung baru, pasti fighter kembali. Tetapi, itupun hanya dua atau tiga hari saja. Jika sudah saling mengenal suaranya, atau sudah terbiasa mendengar suara yang lagi, ya tidak nggacor lagi di rumah,” jelas Om Aseng.
Idealnya sih, lanjut dia, burung disendirikan dalam satu ruangan, sehingga lebih ngotot di lapangan, saat bertemu lawan-lawannya. Namun jika tidak memungkinkan, yang penting burung jangan saling melihat.
Perawatan disesuaikan dengan karakternya
Masing-masing kacer yang diorbitkannya memiliki karakter yang berbeda pula, sehingga tidak sama dalam perawatan dan penanganannya. Misalnya, sebagian kacernya setiap hari memakai kandang umbar, namun sebagian lagi tidak pernah diumbar.
“Ada beberapa kacer saya yang tidak memakai kandang umbaran. Sebab, kalau diumbar, kerjanya malah nggak bener,” jelasnya, seperti menengahi silang-pendapat soal perlu dan tidak penggunaan kandang umbaran pada burung kacer.
Begitu pula mengenai penggunaan sangkar harian dan sangkar lomba. Ada yang senang memakai sangkar kotak, tetapi ada juga yang menyukai sangkar bulat. Hal ini tergantung dari kebiasaan burung.
Begitu pula porsi extra fooding (EF), khususnya jangkrik. Tidak semua kacer orbitannya diberi jangkrik dalam porsi banyak. Ada yang sehari hanya makan 1 ekor jangkrik di pagi hari, dan 1 ekor lagi pada sore.
“Misalnya kacer Topeng Sakti yang belakangan terus berprestasi. Sehari-hari, burung ini justru irit jangkrik. Hanya sehari menjelang lomba, atau Sabtu, jangkrik diberikan sampai kenyang, bisa mencapai 20 hingg 30 ekor,” kata dia.
Adapun kroto segar wajib diberikan setiap hari kepada semua gaconya. Demikian pula soal mandi dan jemur, rutin dilakukan setiap hari.
Pagi hari, burung mandi, lalu dijemur selama 2-3 jam. Tetapi kalau mau lomba, sejak H-2 (Jumat), burung tidak dimandikan.
“Burung dibiarkan istirahat dalam sangkar yang full kerodong hingga hari lomba. Hanya Sabtu ada perlakuan khusus, yaitu diberi 20-30 ekor jangkrik,” tandas Om Aseng.
disunting dari omkicau.com
